Thursday, August 11, 2011

Lost in Yogyakarta[Part I]: Say Hello Yogyakarta



Pulang ke kotamu, ada setagkup haru dalam rindu 

Masih seperti dulu 
Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna 
Terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu 
Nikmati bersama suasana Jogja [Yogyakarta__Kla Project]

3 Juni 2011
Secara random saya, Dhika, dan Mahdi memutuskan untuk liburan ke kota Yogyakarta setelah rencana awal liburan sambil survey ke penangkaran penyu di pantai Pangumbahan Ujung Genteng gagal total.

Sekitar pukul 13.00 setelah sholat jumat, saya dan Dhika pergi ke Stasiun Bandung mencari tiket kereta ekonomi yang berujung dengan tidak ada tiket kereta api kelas ekonomi yang di jual untuk keberangkatan malam. Informasi dari loket penjualan tiket kereta yang ada di Stasiun Bandung, untuk ke berangkatan malam biasanya dijual di Stasiun Kiaracondong. Dengan langkah cepat, saya dan Dhika bergegas ke Stasiun Kiaracondong untuk membeli tiket kereta ekonomi. Namun, dikarenakan alasan tidak tahu angkot menuju Stasiun Kiaraconodng dari Stasiun Bandung dan menghemat waktu, kita menaiki kereta api jurusan Bandung-Cicalengka (sayangnya bukti tiketnya diambil lagi oleh pihak stasiun Kiaracondong).

Setibanya di stasiun Kiaracondong, kami langsung membeli tiket kereta api ekonomi “Kahuripan” dengan rute Padalarang (Jawa Barat) – Kediri (Jawa Timur) tanpa tempat duduk seharga Rp. 24.000 pertiket. Yang merupakan pertanda selama perjalanan kemungkinan besar kami akan berdiri non stop. Sedikit menghibur dan membisikkan dalam hati ”Palingan, entar ada yang berhenti dijalan trus tempat duduknya bisa diambil”
******
Setelah sholat Magrib, saya, Dhika Permana Amri dan Mahdi badari janjian ketemu di depan atm gallery Pasar Simpang Dago. Lalu menaikin angkot (Riung-Dago) menuju stasiun Kiaracondong. Stasiun Kiaracondong merupakan stasiun besar kedua di Kota Bandung setelah stasiun Bandung. Stasiun ini terletak di batas antara Kelurahan Babakansari dan Kelurahan Kebunjayanti, dan hanya melayani keberangkatan kereta api kelas ekonomi
Kereta api “Kahuripan”, itulah nama kereta yang kami naiki dengan rute perjalanan Padalarang, Kiaracondong, Rancaekek,Cicalengka, Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, Sidareja, Maos, Kroya, Gombong, Kebumen, Kutoarjo, Wates, Lempuyangan, Kalten, Solojebres, Sragen, Walikukun, Madiun, Ngajuk, Kertosono, Kediri. Kereta api kahuripan terdiri atas 7 gerbong Kereta Kelas Ekonomi + 1 gerbong Kereta Makan dengan kode seri lokomotif CC. 201. Jumlah tempat duduk yang disediakan kereta ini sekitar untuk 742 orang dan toleransi kapasitas angkut 1.113 orang.
Nama Kahuripan sendiri berasal dari nama sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Airlangga pada tahun 1009 sebagai kelanjutan Kerajaan Medang yang runtuh tahun 1006. Dan merupakan awal mula bedirinya kerajaan Kediri. Kerajaan Kahuripan berakhir dengan masalah perebutan tahta kerajaan. Ketika calon raja yang sebenarnya, Sanggramawijaya Tunggadewi memeutuskan menjadi pertapa. Akhir November 1042, Airlangga membagai kerajaan menjadi dua bagian. Bagian barat bernama Kadiri dengan ibukota Daha yang dipimpin oleh putranya yang bernama Sri Samarawijaya dan bagian timur bernama Janggala beribukotaka Kahuripan yang diserahkan kepada Mapanji Garasakan. Itulah akhir dari kerajaan Kahuripan yang melahirkan dua kerajaan baru.
Kereta api “ Kahuripan” termasuk kereta api yang paling banyak mengalami perubahan rute. Pada awalnya, Kereta Api ini melayani rute Kediri-Bandung-Pasar Senen, namun sejak 26 Juli 1995 rutenya dipotong sehingga hanya melayani rute Kediri-Bandung. Seiring dengan beralihnya pelayanan KA ekonomi dari Bandung ke Kiaracondong, kemudian rutenya berubah lagi menjadi Kediri-Kiaracondong. Kemudian rute KA ekonomi “Kahuripan” diperpanjang sedikit ke arah barat menjadi Kediri-Padalarang.