Monday, October 18, 2010

Sisi Lain dari Sebuah Pandangan Mata

Judul : Pesona Danau Singkarak
Lokasi : Danau Singkarak, Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tipe Kamera : Kodak Easy Share C1013











Judul : Orangenya Langit diatas saya
Lokasi : Lantai 7 Gedung PAU ITB
Tipe Kamera : Nikon Coolpix S22o
















Judul : Me and Mom
Lokasi : Taman Ganesha, Bandung
Tipe Kamera : Kodak Easy Share C1013
















Judul : Sunset di atas Gedung (ternyata disekitar kita ada tempat melihat sunset yang indah ya)
Lokasi : Lantai 7 PAU
Tipe Kamera: Nikon Coolpix S220
Pukul : 17.30
Hari: Senin, 11 Oktober 2010









Judul : Birunya Air Danau Berbanding Lurus dengan Birunya Langit
Lokasi : Danau Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat
Tipe Kamera : Nikon Coolpix S220

Saturday, August 28, 2010

Kisah Cinta Bintang pada Sang Bulan

25 Agustus 2010

Entah kenapa belakangan ini aku suka memperhatikan keadaan langit malam. Purnama bersinar teduh dibalik sekelebat awan putih. Sang Rembulan sendirian menemani dalam damainya malam. Bukankah biasanya Rembulan selalu ditemani oleh bintang. Kemanakah gerangan bintang? Bukankah BULAN dan BINTANG adalah sahabat sejati???

Ini adalah kisah tentang cina bintang pada Sang Bulan

Kisah Cinta Bintang pada Sang Bulan.

KENAPA bulan dan matahari tak dapat bertemu?Sedangkan BULAN dan BINTANG adalah sahabat sejati???

Suatu hari pernah Bulan mendengar sebuah bintang berbicara pada bulan “Aku tidak ingin lagi menemanimu mulai malam ini dan seterusnya” katanya.“Kenapa?” tanya bulan“Padahal aku menyukaimu, aku menyukai malam-malam dimana kau ada dan menemani ku hingga fajar menjelang” tetapi bintang itu hanya diam meredup dan bersembunyi di balik mega. Justeru karena bulan menyukainya maka bintang itu menghilang.Cinta memang aneh, bukankah ia seharusnya mempersatukan?Bintang itu mencintai bulan.Tetapi bulan tidak mencintainya, ia hanya ‘ menyukainya’.Siapakah yang membeda-beda kan cinta dengan suka?Kenapa bulan tidak membencinya saja, malah bulan menyukainya sehingga bintang tidak mempunyai alasan untuk tidak menemaninya malam nanti.

Bukankah bintang seperti api panas,berkobar dan memberikan sinar?Namun Bintang yang mencintai sang Bulan ini hanyalah sebuah bintang kecil yang berwarna merah. Karena itu ia tak pernah dapat mengumpulkan keberanian untuk berkata pada bulan“ Aku mencintaimu!”.Bulan sendiri tidak pernah menganggap bintang sebagai lebih dari sahabat yang selalu menemaninya setiap malam, dan sesungguhnya bintang mengetahuinya.

“Aku mencintai matahari” kata bulan”Ia dapat membuatku bersinar indah diwaktu malam.Ia membuatku selalu ditunggu oleh para pencinta malam. Ia membuatku selalu dinanti oleh para pujangga yang yang menulis berbait-bait puisi tentang cintahanya dengan melihat diriku di langit malam.

Bintang tak pernah habis berfikir kenapa bulan mencintai matahari, bulan bahkan hampir tak pernah bertemu dengan matahari dan ketika mereka bertemupun bulan akan kehilangan sinarnya.Kita menyebutnya gerhana matahari,Matahari tidak pernah memikirkan bulan, ia hanya bersinar dan memberikan sinarnya tanpa membeda-bedakan.Ia bahkan tidak mengetahui kalau sinarnya dimanfaatkan oleh bulan untuk bersinar dimalam hari. Ia hanya menganggap bulan sebagai benda yang kadang-kadang menghalanginya memberi sinar kepada bumi.

Atau Mungkinkah matahari mencintai bumi,??Misteri

Bintang merasa tidak mendapatkan keadilan. Kenapa bulan mencintai matahari yang bahkan tidak pernah memikirkan bulan, dan bukan mencintai bintang yang mencintai bulan dengan sepenuh hatinya? Bintang juga merasa tak berdaya karena walaupun ia ingin memberikan seluruh sinarnya kepada bulan agar selalu kilau kemilau, bintang tak dapat melakukannya karena jaraknya yang sangat jauh.

Matahari juga adalah bintang, bintang merah yang sama seperti dirinya, karena letak nyalah matahari dapat terlihat lebih terang daripada bintang.Tapi bintang adalah bukan matahari, karena itu bulan tidak mencintai bintang.

Cinta memang aneh. Karena itu sekali lagi bintang berkata, kali ini kepada semua teman- temannya“Aku tidak ingin lagi menemani bulan mulai malam ini” kemudian ia menghilang (tak hanya meredup danbersembunyi di balik mega) dan tak pernah lagi menemani bulan.

Ku beritahu sebuah rahasia, sekarang Bintang itu turun ke bumi sebagai Bintang jatuh memberi harapan bagi permintaan sepasang kekasih agar mereka berdua dapat hidup berbahagia hingga akhir hayatnya.

Walaupun dia tak mendapatkan cinta sang Bulan,ia dapat menjadi berarti bagi sepasang kekasih menjadikan kisah mereka indah.

ini kutipan dari :http://www.ciungtips.co.cc/2010/06/kisah-cinta-bintang-pada-sang-bulan.html

Monday, August 9, 2010

Kisah Perjalanan Ke Karst Citatah


Minggu,6 Juni 2010

Kali ini saya dan penggiat aleut bertandang ke pegunungan kapur daerah Padalarang yang dikenal dengan sebutan karts citatah. Perjalanan dimulai dari pangkalan Damri di depan situ Ciburuy.
1. Situ Ciburuy.
Pada awalnya, Situ Ciburuy merupakan dua buah sungai kecil yang ujungnya bertemu di Desa Ciburuy. Akhirnya, tahun 1918, lokasi pertemuan kedua sungai itu dibendung menjadi sebuah telaga dan airnya diatur untuk mengairi sawah-sawah desa. Lama kelamaan, bendungan ini airnya makin tinggi dan menggenangi wilayah seluas 14.76 ha. Tanah tertinggi di tengah-tengah danau tidak tergenang, yang membentuk sebuah pulau mungil. Mayarakat setempat lantas memberinya nama Situ Ciburuy yang diambil dari desa tempat pertemuan dua sunagi kecil tersebut.

Awal 1942, seorang Belanda bernama Tuan Bempi mengantongi hak memelihara ikan dari pemerintah Hindia Belanda di danau itu. Ikan-ikannya berkembang pesat. Untunglah Tuan Bempi tidak kikir. Ia bahkan dikenal sebagai dermawan yang sering membantu warga desa. Karena kesibukannya dibidang lain, pengelolaan sehari-harian danau ia percayakan kepada Romli, warga Desa Ciburuy.

Sayang, tahun itu Jepang masuk RI. Semua orang Belanda ditawan dan dibawa ke Jakarta, termasuk Tuan Bempi. Sejak itu, keberadaan Tuan Bempi tidak diketahui lagi.
Sepeninggal beliau, Romli-lah yang mengurus Situ Ciburuy. Karena tak ada pemiliknya lagi, ia lantas mempersilahkan kepada siapa saja untuk mengambil ikan di tempat itu.
Meski tak lagi ada yang memiliki, Romli tetap menjaga danau itu dengan setia. Suasana danau seakan menyatu dengan dirinya. Keadaan itu berlangsung hingga Romli naik haji dan meninggal dunia tahun 1994. Romli pun diberi gelar sebagai kuncen Situ Ciburuy. H Abdul Solihin (70), keponakan H Romli, menceritakan bahwa semasa hidupnya, H Romli sering didatangi Tuan Bempi dalam tidurnya.
Kondisi Situ Ciburuy semakin dangkal meski debit air tergantung curah hujan.Perjalananpun dilanjutkan setelah membeli perbekalan yang dibutuhkan. Jalan yang disusuri untuk mencapai gunung lawu melewati permukiman warga. Disalah satu rumah warga, dapat disaksikan lele dengan ukuran jumbo.
Setelah melswati pemukiman warga, saya dan para penggiat aleutpun melewati pabrik-pabrik yang bahan batunya berasal dari gamping (batu kapur).


situ ciburuy

Para lele jumbo hehehehe


2. Kawasan Kart Citatah
Istilah karst yang dikenal di Indonesia sebenarnya diadopsi dari bahasa Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah ‘krst / krast' yang merupakan nama suatu kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste . Karst merupakan topografi unik yang terbentuk akibat adanya aliran air pada bebatuan karbonat (biasanya berupa kapur, dolomit atau marmer). Proses pembentukan Karst melibatkan apa yang disebut sebagai "karbon dioksida ke bawah”. Hujan turun melalui atmosfer dengan membawa CO2 yang terlarut dalam tetesan. Ketika hujan sampai di tanah, ia terperkolasi melalui tanah dan menggunakan lebih banyak CO2 untuk membentuk larutan lemah dari asam karbonat: CO2 + H2O = H2CO3. Infiltrasi air secara natural membuat retakan dan lubang pada batuan. Dalam periode waktu yang lama, dengan suplai CO2 terus-menerus - yang kaya air, lapisan batuan karbonat mulai melarut.
Kawasan karst Citatah termasuk warisan tertua di Pulau Jawa. Terbentang sepanjang enam kilometer dari Tagog Apu hingga selatan Rajamandala, jajaran gunung batu ini terbentuk pada zaman Miosen, 20-30 juta tahun silam (KRCB, 2006). Kawasan Karst Citatah ini meliputi: Goa Pawon, Pasir Pawon, Pasir Masigit, Pasir bancana, Karangpanganten, Gunung Manik, Pasir Pabeasan dan Gunung Hawu. Didaerah karst Citatah juga ditemukan situs purbakala berupa alat-alat batu, gerabah, bongkah andesit sebagai alat tumbuk dan tulang-tulang binatang (gigi, kuku, rahang) di lingkungan Gua Pawon merupakan temuan arkeologi spektakular di Jawa Barat. Lokasi yang dikunjungi oleh penggiat aleut di kawasan karst citatah ini adalah
- Brigde stone (Gunung Hawu) harta alam yang terpendam dan terancam
Lengkungan yang secara keseluruhan merupakan lubang di dinding batu gamping tersebut memiliki ukuran lebarebih kurang 30 m, tinggi 70 m, menggantung di atas dinding setinggi 30 m dari jalan tambang di bawahnya.Lengkungan alami Gunung Hawu di Citatah terbentuk dari batu gamping dan prosesnya lebih mirip pembentukan Jembatan Alami Virginia Proses karstifikasi yang merupakan proses pelarutan senyawa karbonat sebagai bahan utama batu gamping adalah penyebab terbentuknya lengkungan alami Gunung Hawu. Sangat jelas sekali bahwa lubang yang terbentuk dikontrol oleh retakan yang memanjang hampir utara-selatan.Sebuah lubang vertikal yang sangat dalam diduga merupakan proses awal terbentuknya lengkugnan ini. Lubang vertikal ini adalah gejala khas di daerah karst batu gamping hasil dari runtuhan atap gua atau collapse sinkhole. Proses berikutnya diduga merupakan proses pelubangan secara karstifikasi ke arah samping searah kemiringan lapisan batu gamping yang sangat curam ke arah selat Jika di Utah lengkungan-lengkungan alaminya dilindungi sebagai monumen nasional, di Citatah fenomena alam yang di Indonesia sekalipun sangat langka ini berada sangat dekat sekali dengan wilayah penggalian batu gamping (kapur). Kira-kira 100 m dari fenomena langka ini, truk-truk tambang hilir mudik mengangkut bongkah-bongkah batu yang dibongkar dari lereng-lerengnya. Bahkan tepat di batas utara lengkungan alami ini terdapat sisa-sisa penggergajian batu gamping untuk pembuatan marmer. Sunguh mengenaskan nasibnya !


Brigde Stone padalarang... Yang tidak kalah dengan yang ada di Taman Nasional Yosemite

T 125

T125 maksudnya adalah tebing dengan ketinggian 125 m.

- Stone Garden dan Gunung Masigit
Pada Stone Garden terdapat gejala mikro-karst yang membentuk bongkah-bongkah menonjol dari permukaan tanah yang menjadikan puncak bukit. Hal ini juga terjadi diatas Goa Pawon. Proses pelarutan yang berjalan pada retakan-retakan batugamping menyembulkan sisa-sisa pelarutannya berupa bongkah batu gamping yang tersusun dengan tidak teratur dan tinggi yang berbeda-beda dan berelief kasar. Sekarang Stone Garden dimanfaatkan sebagai ladang oleh penduduk setempat. Selain itu di stone garden ini juga terdapat makam.(Untuk ini saya kurang tahu banyak). Dari stone Garden ini juga dapat dilihat gunung masigit yang telah tergerus hingga tinggal setengahnya oleh penambangan batu gamping. Kondisi yang sangat menyedihkan.

- Goa Pawon Tempat tinggalnya Ki Sunda

Pawon memiliki arti dapur menurut legenda orang Sunda (legenda Sangkuriang), gua ini dulunya adalah dapur Dayang Sumbi. Kenyataannya menurut para ahli tempat ini memang difungsikan sebagai dapur oleh manusia prasejarah dengan ditemukannya fosil sisa-sisa makanan dan biji buah-buahan. Gua Pawon sebenarnya merupakan gua yang tidak mempunyai lorong-lorong yang panjang dan gelap, tapi hanya terdiri dari banyak ruang (10 ruang besar) yang merupakan ceruk di dinding bukit.
Di bagian kiri atas gua ini, ada sebuah spot yang dinamakan Sumur Bandung. Sumur Bandung ini sebenarnya bukanlah sebuah sumur, lebih seperti sebuah kolam kecil yang cukup dalam yang tentu aja berisi air. Konon katanya biasanya orang-orang yang datang kesana itu percaya kalo air dari sumur itu sakti, ya bisa bawa tuah katanya. Menurut salah seorang yang ditemui disana, air sumur itu air sumur itu selalu terisi walaupun musim kemarau sekalipun.Sumur Bandung ini tempatnya cukup tinggi dan jalan kesana total harus memanjat dinding batu yang terjal dan licin. Sumur tersebut sebenarnya tidak terlalu besar. Airnya bening dan dingin(menurut prediksi saya karena berda didalam gua). Bagai yang percaya bahwa air di sana membawa tuah, bisa membasih muka, tangan atau kaki dengan air itu (katanya bisa awet muda).

Sumur Bandung

Ki Sunda (Orang yang pernah mendiami daratan sunda
Pada salah satu ruang pada goa pawon, terdapat replika kerangka manusia purba yang pernah menghuni daerah Bandung dan sekitarnya. Masyarakat setempat menyebutnya Ki Sunda tapi saya tak tahu kenapa demikian (?). Namun kondisi replika kerangka cukup menyedihkan karena sudah berlumut. Posisi dari kerangka ini dalam keadaaan menekuk. Dari yang saya ketahui, posisi itu adalah posisi yang sama dengan bayi saat berada didalam rahim ibu. Dan arah hadapnya menunjukkan sesuatu tempat yang dianggap keramat seperti gunung atau laut. (Menurut interpretasi saya, menghadap kearah gunung Sunda pada masa itu). Selain itu, biasanya terdapat bekal kubur (Kalau tidak salah sebagai bekal untuk melanjutkan kehidupan di akhirat ) seperti gerabah, perhiasan yang menyertai kerangka.


Perjalanan berlanjut ke jendela pengintaian. Jendela pengintaian ini pada masa itu berfungsi sebagai tempat mengintai buruan. Di dekat jendela pengintaian terdapat gua. Kata Sri, biasanya digunakan untuk bersemedi bagi penganut kepercayaan. Tapi menurut saya pada zaman itu, mungkin itu sebagai jalan keluar si manusia pawonnya untuk berburu.
Secara keseluruhan keadaan goa pawon sangat menyedihkan, terdapat banyak coretan cat pilox disana sini



sumber : http://ekorisanto.blogspot.com/ (menengok pesona situ ciburuy)
http://portal.sabhawana.com/
http://chezpiere53.wordpress.com/
http://www.bplhdjabar.go.id/
http://www.esdm.go.id/berita/umum/37-umum/2729-mengenal-museum-kars-7-manusia-pawon-di-kawasan-kars-rajamandala-bandung-bagian-barat.html

Tuesday, August 3, 2010

Soe Hok Gie

Oleh: Jay Yulian
******


Soe Hok Gie dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942, adik dari sosiolog Arief Budiman. Catatan harian Gie sejak 4 Maret 1957 sampai dengan 8 Desember 1969 dibukukan tahun 1983 oleh LP3ES ke dalam sebuah buku yang berjudul Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran setebal 494 halaman. Gie meninggal di Gunung Semeru sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 — 16 Desember 1969 akibat gas beracun.

Setelah lulus dari SMA Kanisius Gie melanjutkan kuliah ke Universitas Indonesia tahun 1961. Di masa kuliah inilah Gie menjadi aktivis kemahasiswaan. Banyak yang meyakini gerakan Gie berpengaruh besar terhadap tumbangnya Soekarno dan termasuk orang pertama yang mengritik tajam rejim Orde Baru.

Gie sangat kecewa dengan sikap teman-teman seangkatannya yang di era demonstrasi tahun 66 mengritik dan mengutuk para pejabat pemerintah kemudian selepas mereka lulus berpihak ke sana dan lupa dengan visi dan misi perjuangan angkatan 66. Gie memang bersikap oposisif dan sulit untuk diajak kompromi dengan oposisinya.

Selain itu juga Gie ikut mendirikan Mapala UI. Salah satu kegiatan pentingnya adalah naik gunung. Pada saat memimpin pendakian gunung Slamet 3.442m, ia mengutip Walt Whitman dalam catatan hariannya, “Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth”.

Soe Hok Gie di pilar triangulasi puncak Pangrango, 1967

Pemikiran dan sepak terjangnya tercatat dalam catatan hariannya. Pikiran-pikirannya tentang kemanusiaan, tentang hidup, cinta dan juga kematian. Tahun 1968 Gie sempat berkunjung ke Amerika dan Australia, dan piringan hitam favoritnya Joan Baez disita di bandara Sydney karena dianggap anti-war dan komunis. Tahun 1969 Gie lulus dan meneruskan menjadi dosen di almamaternya.

Bersama Mapala UI Gie berencana menaklukkan Gunung Semeru yang tingginya 3.676m. Sewaktu Mapala mencari pendanaan, banyak yang bertanya kenapa naik gunung dan Gie berkata kepada teman-temannya:

“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”

8 Desember sebelum Gie berangkat sempat menuliskan catatannya: “Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat.” Selanjutnya catatan selama ke Gunung Semeru lenyap bersamaan dengan meninggalnya Gie di puncak gunung tersebut.

24 Desember 1969 Gie dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo, namun dua hari kemudian dipindahkan ke Pekuburan Kober, Tanah Abang. Tahun 1975 Ali Sadikin membongkar Pekuburan Kober sehingga harus dipindahkan lagi, namun keluarganya menolak dan teman-temannya sempat ingat bahwa jika dia meninggal sebaiknya mayatnya dibakar dan abunya disebarkan di gunung. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya tulang belulang Gie dikremasi dan abunya disebar di puncak Gunung Pangrango.

Makam Soe Hok Gie di Tanah Abang

Beberapa quote yang diambil dari catatan hariannya Gie:

“Seorang filsuf Yunani pernah menulis … nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”

“Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil … orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur.”

“Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan…”

Selain Catatan Seorang Demonstran, buku lain yang ditulis Soe Hok Gie adalah Zaman Peralihan, Di Bawah Lentera Merah (yang ini saya belum punya) dan Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan serta riset ilmiah DR. John Maxwell Soe Hok Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani.

Tahun depan Mira Lesmana dan Riri Reza bersama Miles Production akan meluncurkan film berjudul “Gie” yang akan diperankan oleh Nicholas Saputra, Sita Nursanti, Wulan Guritno, Lukman Sardi dan Thomas Nawilis. Saat ini sudah memasuki tahap pasca produksi.


John Maxwell berkomentar, “Gie hanya seorang mahasiswa dengan latar belakang yang tidak terlalu hebat. Tapi dia punya kemauan melibatkan diri dalam pergerakan. Dia selalu ingin tahu apa yang terjadi dengan bangsanya. Walaupun meninggal dalam usia muda, dia meninggalkan banyak tulisan. Di antaranya berupa catatan harian dan artikel yang dipublikasikan di koran-koran nasional” ujarnya. “Saya diwawancarai Mira Lesmana (produser Gie) dan Riri Reza (sutradara). Dia datang setelah membaca buku saya. Saya berharap film itu akan sukses. Sebab, jika itu terjadi, orang akan lebih mengenal Soe Hok Gie” tuturnya.
Catatan Seorang Demonstran


sumber : Note Cerita Sunken Court dengan judul Soe Hok Gie

Tuesday, July 20, 2010

Bosscha, Perjalanan Mengapai Mimpi


Bosscha adalah impian setiap anak yang pernah menyaksikan film Petualangan Sherina termasuk saya. Untuk mewujudkan impian itu, maka Sabtu 25 Oktober 2008 saya dan kelima temannya lainnya mengadakan kunjungan ke Bosscha. Perjalanan itu kami mulai dari gerbang utara ITB yang penuh sesak. Kebetulan hari kunjungan kami itu bertepatan dengan hari wisuda. Dari gerbang tersebut kami menaiki angkot Kelapa- Ledeng. Akan tetapi, untuk mencapai Lembang tidak cukup hanya menaiki satu angkot saja. Kami harun turun dan berganti angkot St Hall- Lembang dan melewati dua universitas yang cukup terkenal di Bandung yaitu UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) dan Universitas Pasundan tepat kakak sepupu saya bersekolah.

Memasuki daerah Lembang, udara dingin menyambut kehadiran kami. Walaupun semua kaca angkot telah tertutup rapat dan kami memakai jaket, tapi kami masih tetap kedinginan. Itu tidak mematahkan semangat kami untuk pergi ke Bosscha. Di persimpangan supir angkot menurunkan kami. Menurut informasinya, kami harus melanjutkan perjalanan kami mendaki bukit. Didepan gerbang pertama sekawanan tukang ojek berkumpul dan siap mengantarkan kami menuju Bosscha. Namun, kami memilih untuk berjalan kaki.

Ini perjalanan yang cukup melelahkan karena jarak dari pintu gerbang pertama ke kawasan observatorium adalah 800 m. Pengunjung dapat berjalan kaki (mendaki) ke observatorium yang dapat ditempuh dalam waktu 15-20 menit. Kelelahan itu dapat terobati karena dari sana kami dapat melihat pemandangan daerah Lembang yang indah.

Obsevatorium Bosscha (dahulu dikenal sebagai Bosscha Sterrewacht) adalah salah satu observatorium penting di belahan bumi Selatan. Observatorium Bosscha dibangun oleh NISV (Nedelandsch-Indiesche Sterrenkundige Vereeniging) atau Perhimpunan Bintang Hindia-Belanda. Pembangunan observatorium ini berlangsung tahun 1923-1928. Nama Observatorium Bosscha ini diambil dari nama sponsor utamanya yaitu Karel Albert Rudolf Bosscha (1865-1928), seorang tuan tanah yang memiliki perkebunan teh di daerah Malabar. Tahun 1928, teleskop refraktor Ganda Zeiss datang dan mulai menghuni Bosscha. Teleskop Zeiss adalah teleskop terbesar di obsevatorium ini dn merupakan salah satu seting saat proses syuting Petualangan Sherina. Teleskop buatan Jerman ini masih bias menjalan fungsinya dengan baik karena dirawat dan dijaga dengan baik. Teleskop Zeiss memang diperliharkan kepada khaylak ramai namun bagi yang tidak berkepentingan dilarang mendekatinya. Selain itu kata Dias salah satu mahasiswa ITB semester tujuh mengatakan untuk perbaikannya observatorium memiliki bengkel tersendiri mengingat pabrik yang membuat teleskop Zeiss tidak lagi memproduksi onderdil-onderdilnya. Pada tahun 1951, Observatorium Bosscha diserahkan kepada FMIPA UI. Dengan berdirinya ITB pada tahun 1959, observatorium ini menjadi bagian dari ITB.

Observatorium Bosscha terletak di Lembang, sekitar 15 km ke arah Utara Bandung dengan koordinat geografis 107° 36' Bujur Timur dan 6° 49' Lintang Selatan. Koordinat ini juga mempengaruhi panjang tiang penyangga teleskop Zeiss yang mana tiang di sebelah Utara lebih panjang dari tiang di sebelah Selatannya. Lokasinya berada pada ketinggian 1310 m dari permukaan laut, atau pada ketinggian 630 m dari plato Bandung.

Publikasi internasional pertama Observatorium Bosscha dilakukan pada tahun 1933. Namun kemudian observasi terpaksa dihentikan dikarenakan sedang berkecamuknya Perang Dunia II . Setelah perang usai, dilakukan renovasi besar-besaran pada observatorium ini karena kerusakan akibat perang hingga akhirnya observatorium dapat beroperasi dengan normal kembali.

Observatorium ini dilengkapi dengan teleskop berbagai ukuran dan jenis Masing-masing teleskop memiliki sasaran objek pengamatan yang berbeda-beda. Ada 5 teleskop yang aktif untuk penelitian astronomi.

Kelima teleskop tersebut adalah:

T1. Teleskop refraktor Ganda Zeiss

Teleskop ini biasa digunakan untuk mengamati bintang ganda visual, mengukur fotometri gerhana bintang, mengamati citra kawah bulan, mengamati planet, mengamati oposisi planet Mars,Saturnus, Jupiter, dan untuk mengamati citra detail komet terang serta benda langit lainnya. Teleskop ini mempunyai 2 lensa objektif dengan diameter masing-masing lensa 60 cm, dengan titik api atau fokusnya adalah 10,7 meter.

2. tTeleskop Schmidt Bima Sakti

Teleskop ini biasa digunakan untuk mempelajari struktur galaksi Bima Sakti, mempelajari spektrum bintang, mengamati asteroid, supernova, Nova untuk ditentukan terang dan komposisi kimiawinya, dan untuk memotret objek langit. Diameter lensa 71,12 cm. Diameter lensa koreksi biconcaf-bicofex 50 cm. Titik api/fokus 2,5 meter. Juga dilengkapi dengan prisma pembias dengan sudut prima 6,10, untuk memperoleh spektrum bintang. Dispersi prisma ini pada H-gamma 312A tiap malam. Alat bantu extra-telescope adalah Wedge Sensitometer, untuk menera kehitaman skala terang bintang , dan alat perekam film

3. tTeleskop Refraktor Bamberg

Teleskop ini biasa digunakan untuk menera terang bintang, menentukan skala jarak, mengukur fotometri, gerhana bintang, mengamati citra kawah bulan, pengamatan matahari, dan untuk mengamati benda langit lainnya. Dilengkapi dengan fotoelektrik-fotometer untuk mendapatkan skala terang bintang dari intensitas cahaya listrik yang di timbulkan. Diameter lensa 37 cm. Titik api ata

4. tTeleskop Cassegrain GOTO

Dengan teleskop ini, objek dapat langsung diamati dengan memasukkan data posisi objek tersebut. Kemudian data hasil pengamatan akan dimasukkan ke media penyimpanan data secara langsung. Teropong ini juga dapat digunakan untuk mengukur kuat cahaya bintang serta pengamatan spektrum bintang. Dilengakapi dengan spektograf dan fotoelektrik-fotometer.

5. tTeleskop refraktor Unitron

Teleskop ini biasa digunakan untuk melakukan pengamatan hilal, pengamatan pengamatan gerhana dan gerhana matahari, dan pemotretan bintik matahari serta pengamatan benda-benda langit lain. Dengan diameter lensa 13 cm, dan fokus 87 cm

Observatorium yang dipimpin oleh Bapak Taufik Hidayat ini mengalami masalah yang cukup berat yaitu polusi cahaya yang diakibatkan oleh perkembangan pemukiman di daerah Lembang dan kawasan Bandung Utara yang tumbuh laju pesat sehingga banyak daerah atau kawasan yang dahulunya rimbun ataupun berupa hutan-hutan kecil dan area pepohonan tertutup menjadi area pemukiman, vila ataupun daerah pertanian yang bersifat komersial besar-besaran. Akibatnya banyak intensitas cahaya dari kawasan pemukiman yang menyebabkan terganggunya penelitian atau kegiatan peneropongan yang seharusnya membutuhkan intensitas cahaya lingkungan yang minimal. Sementara itu, kurang tegasnya dinas-dinas terkait seperti pertanahan, agraria dan pemukiman dikatakan cukup memberikan andil dalam hal ini. Dengan demikian observatorium yang pernah dikatakan sebagai observatorium satu-satunya di kawasan khatulistiwa ini menjadi terancam keberadaannya.

Setelah melihat dan mendengar penjelasan mengenai Teleskop Zeiss, teleskop tertua yang ada di observatorium ini serta sejarah singkatnya, rombongan kami dan rombongan Perhimpunan Gereja Indonesia yang kebetulan mengadakan lawatan ke Bosscha disuguhi dengan penjelas-penjelasan umum tentang astronomi yang bentuk film documenter serta adanya sesi Tanya jawab.

Menghabiskan waktu dua jam untuk mengunjungi observatorium bagi orang yang mencintai ilmu perbintangan adalah waktu yang singkat. Apalagi belum sempat untuk mencoba teleskop refraktor Unitron dan teleskop Schmidt Bima Sakti yang dapat dicoba pada saat kunjungan malam belumlah cukup. Maka kami berencana untuk kembali lagi tahun depan. Karena observatorium membuka kunjungan malam untuk umum mulai bulan April hingga Agustus disamping untuk penelitian yang dilakukan. Kunjungan tersebut terbatas hanya tiga kali pengamatan dalam sebulan sehingga baginya berminat harus mendaftar sesegera mungkin.

Pulang dari Bosscha kami makan disalah satu warung yang menjual berbagai jenis sate termasuk sate kelinci. Dan yang lebih aneh lagi mie rebus juga memakai daging kelinci. Lucu ya….

Memang sepanjang perjalanan dari Bandung ke Lembang kita dapat melihat di kiri-kanan jalan orang menjual kelinci mulai kelinci untuk dipelihara hingga kelinci yang dijadikan makanan. Akhirnya kami harus meninggalkan hijaunya pepohonan dan segarnya udara Lembang untuk kembali beraktivitas di Bandung.

Wednesday, July 14, 2010

Celoteh Dari Sekitar Kita


Ini merupakan hasil wawancara saya dengan seorang pedang kaki lima yang berjualan di depan kampus ITB. Saya sangat beruntung karena orang yang saya wawancarai bersikap kritis, peduli dan informatif.

Saya : Selamat siang Bapak, bisa minta waktunya sebentar untuk wawancara?

Bapak Mujahidin : Siang nak, boleh

Saya : Perkenalkan saya ..... mahasiswa kimia ITB 2008.

Bapak Mujahidin : Saya Mujahidin..
Saya : Asli orang bandung Pak?

Bapak Mujahidin : Bukan saya orang Sumatera barat. Merantau ke Bandung tahun1971

......
Saya : Sejak kapan Bapak berjualan susu murni?

Bapak Mujahidin : Sejak Tahun 1999

......
Saya : Setelah sekian lama berjualan di depan kampus ITB, menurut bapak
bagaimana Mahasiswa ITB itu sendiri?
Bapak Mujahdin : Menurut saya, mahasiswa ITB itu baik, peduli dengan masyarakat sekitar,
membantu pemberdayaan masyarakat sekitar tapi belum berhasil

Saya : Harapan bapak kepada mahasiswa ?

Bapak Mujahidin : Bisa membawa bangsa keluarga dari segala permasalahan birokrasi, dan
berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat kurang mampu
Tidak hanya menjanjikan pemberdayaan masyarakat sebatas pada konsep

...........
Saya : Apakah Bapak punya kegiatan lain selain berjualan?
Bapak Mujahidin : Saya juga memjabat sebagai Ketua koperasi Serba Usaha Ganyang

Saya : Bisakah Bapak menceritakan tentang koperasi tersebut?

Bapak Mujahidin : Koperasi Serba Usaha (KSU) ganyang berdiri pada tahun 2003
Merupakan 3 terbaik Koperasi Serba Usaha
Program jangka panjang ini selain sebgai kopersai serba usaha adalah
pengurus ingin memberdayakan masyarakat sekitar ganyang sehingga
menjadi percontohan PKL di Indonesia.
Program percontohan PKL ini adakan agar masyarakat lebih terberdayakan
menjadikan kawasan lebih hidup serta tukang parkirpun terberdayakan
Saya : Program jangka pendek koperasi ini apa?

Bapak Mujahidin : Program jangka pendek adalah menata kawasan ganyang khususnya los terbuka
barat- timur. diharapkan kesiapan kabinet KM ITB untuk membantu

Wednesday, July 7, 2010

Ironi Sebuah Kota episode 1

Judul Foto : Ironi Sebuah Jembatan Penyebrangan
Lokasi : di dekat alun-alun kota Bandung
Tipe Kamera : Kodak C 1013
Deskripsi :
  • Jembatan yang seharusnya menjadi tempat penyeberangan telah beralih fungsi menjadi rumah bagi tunawisma yang meningkat di kota besar. Sungguh ironis sekali mengingat letak jemabtan ini sangat dekat dari pusat pemerintahan kota serta pusat keramaian.


Judul Foto : Panti Karya Yang Terlupakan
Lokasi : Jalan Merdeka di depan BIP
Tipe Kamera : Kodak C1013
Deskripsi :
  • Era tahun 1980 Panti Karya merupakan salah satu bioskop ternama di kota Bandung. Lantai dasar ada bioskop Panti Karya, lantai dua dipakai perkantoran, lantai tiga ada Akademi Akuntansi, pada lantai Panti Karyaempat dan lima ada stasiun radio swasta di mana saya beraktivitas. Sepengetahuan saya, gedung ini adalah milik Yapenka, yang pada periode itu dipimpin oleh Bapak Ir. Santoso, amat terawat, pikabetaheun.
    sumber : http://www.bandungheritage.org/
Judul Foto : Diatas Sebuah Kota
Lokasi : Menara Masjid Raya Bandung, Jalan Alun-alun
Tipe Kamera : Kodak C1013
Deskripsi :
  • Salah satu menara masjid raya Bandung dapat dinaiki dengan membayar infak sebesar Rp. 2000,-. Dari menara ini kita dapat melihat seluruh penjuru kota Bandung. Menara mesjid ini terbuka untuk umum pada hari Sabtu - Minggu sampai pukul 17.00 WIB. Di atas menara terdapat beberapa larangan seperti: dilarang mengotori mesjid(sehingga sepatu atau sandal harus dikresekin), dilarang pacaran (tentu saja mesjidkan rumah Allah SWT), Paling lama diatas menara selama 15 menit

Thursday, May 13, 2010

"Kita dibatasi bukan oleh kemampuan kita, tapi oleh visi kita.”

Jonathan Swift (1667—1745), pengarang dan sastrawan Irlandia

Wednesday, May 12, 2010

"Berterimakasihlah pada segala yang memberi kehidupan."

Pramoedya Ananta Toer___ Bumi Manusia

Andre Malraux (1901-1976), sejarawan Prancis

Yang membedakan orang sukses dan orang gagal adalah bukan karena yang satu memiliki kemampuan dan ide lebih baik, tapi karena dia berani mempertaruhkan ide, menghitung risiko, dan bertindak cepat.

Thursday, April 29, 2010

Cerita Singkat tentang Gedung "De Driekuer"


Bank BTPN yang dulunya kantor berita Domei
Bangunan karya arsitek Belanda Albert Frederik Aalbers itu dibangun pada akhir dekade 1930. Tujuan pembangunannya untuk kantor sekaligus rumah seorang pengusaha China(menurut http://djawatempodoeloe.multiply.com gedung ini merupakan kediaman Aalbers ) .Pada masa pendudukan Jepang, bangunan itu difungsikan sebagai Kantor Berita Domei. Pada 17 Agustus 1945, Kantor Berita Domei menerima kawat berisi teks proklamasi. Bangunan Drie Kleur menjadi saksi dibacakannya teks proklamasi kemerdekaan Indonesia di Kota Bandung untuk pertama kalinya. GEDUNG De Drie Kleur (dalam bahasa belanda artinya Tiga Warna kemungkinan warna bendera belanda yaitu merah putih biru ) di sudut Jln. Sultan Agung dengan Jln. Ir. H. Djuanda (Dago) yang kini menjadi kantor Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN).Pada 17 Agustus 1945, Kantor Berita Domei menerima kawat berisi teks proklamasi. Bangunan Drie Kleur menjadi saksi dibacakannya teks proklamasi kemerdekaan Indonesia di Kota Bandung untuk pertama kalinya. Bangunan ini banyak dipengaruhi oleh aliran Nieuw Bouwen- gaya arsitektur yang berkembang di Hindia Belanda pada akhir tahun 1930-yang memperlihatkan garis-garis stream line. Gaya ini mengutamakan kesederhanan tanpa banyak ornamen dekoratif. Tampak bahwa pengutamaan kesederhanan ini menunjukkan perbedaannya dari gaya art deco, yang menonjolkan unsur dekoratif. Konsep aliran Nieuw Bowen (istilah aliran yang dipakai oleh arsitek Belanda pada akhir 1930an) sangat terasa pada bangunan De DrieKleur yang bergaya bangunan mirip Hotel Savoy Homann. Bangunan Drie Kleur memperlihatkan adanya proses perkembngan gaya Art Deco yang mulai melepaskan unsur-unsur dekoratifnya. Selain itu villa Tiga Warna punya simetri keras tanpa menara. Sebelumnya, bangunan bersejarah ini pernah digunakan sebagai kantor polisi, bahkan pernah juga dijadikan diskotek.

Sumber : http://www.bandungheritage.org/
http://www.pikiranrakyat.com/

Saturday, April 10, 2010

Jam-jam dengan angka Romawi seperti ini IIII

Jam-jam dengan angka Romawi seperti ini IIII

1. Jam Pada Bangunan Bank Mandiri dijalan Asia Afrika




2. Jam Pada Bethel Church di jalan Wastukencana





3. Jam Gadang Pasar Bukittinggi


Jam yang dibangun pada 1926 ini, diarsiteki Yazin dan Sutan Gigi Ameh
ini berdiri megah di pusat Bukittinggi sebagai ikon Sumbar
Sepintas, mungkin tidak ada keanehan pada bangunan jam setinggi 26
meter tersebut. Apalagi jika diperhatikan bentuknya, karena Jam Gadang
hanya berwujud bulat dengan diameter 80 sentimeter, di topang basement
dasar seukuran 13 x 4 meter, ibarat sebuah tugu atau monumen. Oleh
karena ukuran jam yang lain dari kebiasaan ini, maka sangat cocok
dengan sebutan Jam Gadang yang berarti jam besar.

Bahkan tidak ada hal yang aneh ketika melihat angka Romawi di Jam
Gadang. Tapi coba lebih teliti lagi pada angka Romawi keempat.
Terlihat ada sesuatu yang tampaknya menyimpang dari pakem. Mestinya,
menulis angka Romawi empat dengan simbol IV. Tapi di Jam Gadang malah
dibuat menjadi angka satu yang berjajar empat buah (IIII). Penulisan
yang diluar patron angka romawi tersebut hingga saat ini masih
diliputi misteri. Tapi uniknya, keganjilan pada penulisan angka
tersebut malah membuat Jam Gadang menjadi lebih "menantang" dan
menggugah tanda tanya setiap orang yang (kebetulan) mengetahuinya dan
memperhatikannya. Bahkan uniknya lagi, kadang muncul pertanyaan apakah
ini sebuah patron lama dan kuno atau kesalahan serta atau atau yang
lainnya.

Dari beragam informasi ditengah masyarakat, angka empat aneh tersebut
ada yang mengartikan sebagai penunjuk jumlah korban yang menjadi
tumbal ketika pembangunan. Atau ada pula yang mengartikan, empat orang
tukang pekerja bangunan pembuatan Jam Gadang meninggal setelah jam
tersebut selesai. Masuk akal juga, karena jam tersebut diantaranya
dibuat dari bahan semen putih dicampur putih telur. Jika dikaji
apabila terdapat kesalahan membuat angka IV, tentu masih ada
kemungkinan dari deretan daftar misteri. Tapi setidaknya hal ini
tampaknya perlu dikesampingkan. Sebagai jam hadiah dari Ratu Belanda
kepada controleur (sekretaris kota), dan dibuat ahli jam negeri Paman
Sam Amerika, kemungkinan kekeliruan sangat kecil.

Tapi biarkan saja misteri tersebut dengan berbagai kerahasiaannya.
Namun yang patut diketahui lagi, mesin Jam Gadang diyakini juga hanya
ada dua di dunia. Kembarannya tentu saja yang saat ini terpasang di
Big Ben, Inggris. Mesin yang bekerja secara manual tersebut oleh
pembuatnya, Forman (seorang bangsawan terkenal) diberi nama Brixlion.
Sekarang balik lagi ke angka Romawi empat, apakah pembuatan angka
empat yang aneh itu disengaja oleh pembuatnya, juga tidak ada yang
tahu. Tapi yang juga patut dicatat, bahwa Jam Gadang ini peletakan
batu pertamanya dilakukan oleh seorang anak berusia enam tahun, putra
pertama Rook Maker yang menjabat controleur Belanda di Bukittinggi
ketika itu.

Ketika masih dalam masa penjajahan Belanda, bagian puncak Jam Gadang
terpasang dengan megahnya patung seekor ayam jantan. Namun saat
Belanda kalah dan terjadi pergantian kolonialis di Indonesia kepada
Jepang, bagian atas tersebut diganti dengan bentuk klenteng. Lebih
jauh lagi ketika masa kemerdekaan, bagian atas klenteng diturunkan
diganti gaya atap bagonjong rumah adat Minangkabau. Di tengah usia
yang ke 84 tahun, jam yang dibangun dengan biaya 3.000 gulden (saat
itu), saat ini masih berdiri kokoh sebagai ikon pariwisata Sumbar







Alasan penggunaan penulisan angka empat Romawi dengan simbol IIII bukan VI terdapat tiga versi.

  1. Sebuah cerita mengisahkan seorang Clockmaker membuat jam khusus untuk seorang Raja Perancis saat itu yaitu Louis XIV. Saat ditunjukkan jam buatannya tersebut, sang Raja menolak dan meminta agar angka 4 dibuat dalam bentuk IIII dan bukannya IV seperti yang dibuat oleh Clockmaker itu. Walaupun sudah dijelaskan kebenarannya, sang raja tetap bersikeras agar bentuk diganti dengan IIII. Akhirnya Clockmaker menyetujui dan sejak saat itu hampir semua jam menerapkan bentuk IIII daripada IV untuk penunjuk jam 4.
  2. Penjelasan lebih logis adalah berdasarkan dari sisi estetika. Sebuah jam dengan penunjuk angka Romawi akan terdiri dari bentuk I, V dan X yang tersebar. Apabila angka 4 dibuat dengan bentuk IV, akan terjadi 'ketidak-seimbangan' dari sisi estetika antara bagian kiri dial dan kanan dial. Bentuk VIII pada sisi kiri berhadapan dengan bentuk IV pada sisi kanan. Bentuk VIII dirasakan 'lebih berat' daripada bentuk IV, dan agar terjadi keseimbangan maka bentuk IV diganti dengan IIII.
  3. Alasan lain penggunaan IIII dipilih daripada bentuk IV adalah dari sisi pemaknaan. Dalam Bahasa latin penggunaan bentuk IV tidak digunakan karena simbol IV merujuk pada salah satu Dewa orang Romawi yaitu Jupiter yang sering disingkat sebagai JU. Huruf J pada Bahasa Latin ditunjukkan dengan bentuk I sedangkan huruf U ditunjukkan dengan bentuk V, karena itu IV sama dengan makna JU yang berarti Jupiter. Karena itu sangat dihindari penulisan IV di tempat-tempat umum yang dianggap 'tidak terhormat'



Referensi :
http://jamkuno.blogspot.com/2009/08/why-iiii-instead-of-iv.html
Padang Ekspres ONLINE, Kamis, 13-Desember-2007

Friday, March 26, 2010

sejarah sepanjang rel kereta Bandung Ciwidey

Minggu 7 Maret 2010

Jejak-jejak perkertaapian disekitar soreang-ciwidey memang tak begitu jelas, jika hanya dilihat dengan sekilas pandang dari tepi jalan raya Soreang-Ciwidey. Dari keseluruhan jalur ini masih terbilang jalur yang cukup utuh dan nyaris tak terjamah tangan jahil manusia. Bahkan disalah satu jembatannya yaitu jembatan Ciantik pernah dijadikann lokasi shooting film perang produksi Belanda yang berjudul Oeroeg pada tahun 1997 yang diadaptasi dari novel yang berjudul "Oeroeg" karangan Helena Sefaria Haass.
Berdasarkan catatan jalur kerat api Bandung - Ciwidey mulai beroperasi pada tahun1923. Jalur ini merupakan jalur kereta api pertama di daerah Bandung Selatan. Jalur kereta api ini dimulai dari Satsiun Cikup=dapateuh, Pasar kordon Buahbatu, Pamengpeuk, Banjaran, Soreang dan berakhir di stasiun Cimuncung Ciwidey.
Menurut Kuncen Bandoeng, Bapak Haryoto Kunto dalam bukunya Bandoeng Tempo Doeloe. Ada dua tahap pembangunan jalur ini. Tahap pertama tahun 1918 pembangunan jalur Bandung-Kopo dan tahun 1921 jalur ini di teruskan ke Ciwidey oleh Staats Spoorwegen / SS (Perusahaan Kereta Api Negara). Pembangunan jalur kereta api bandung Ciwidey ini diperuntukkan untuk:
1. Alat angkut hasil produksi perkebunan wilayah Priangan yang kala itu menjadi komoditi ekspor yang laku keras di pasar dunia.
2. Sarana pendukung dalam pemekaran Gemeente Bandung tahun 1919. Sarana pemerkaran yang dimaksud adalah untuk mengankut kayu-kayu dari daerah Ciwidey (yang pada saat itu kebanyakan masih hutan untuk pembangunan Gemeente/ kota).
Pada masa-masa awal kemerdekaan hingga tahun 1970-an awal, jalur Bandung Ciwidey menjadi akses utama kecamatan Ciwidey langsung menuju pusat aktivitas perekonomian di Bandung. Masyarakat memanfaatkan jasa angkutan ini sebgai sarana pengiriman barang kebutuhan sehari-hari. Selain itu masyarakat Ciwidey memanfaatkan jalur ini sebagai sarana untuk berpergian ke Bandung dan mencari pekerjaan sebagai buruh harian pada musim kemarau. Ada hal yang lebih menarik bagi warga Desa Citeurep, adanya kereta api ini juga menjadi penanda waktu imsak karena belum memiliki pengeras suara. Ini dikarenakan saat stasiun cimuncung masih aktif kereta pertama berangkat menuju Bandung pukul 04.00 dan kereta terakhr pukul 18.00.
Akhir dari perjalanan kereta api Bandung-Ciwidey ini ditandai dengan sebuah kecelakaan rangkain yang ditarik lokomotif seri BB di kampung Cukanghaur kecamatan Pasir Jambu yang mengakibatkan tiga orang tewas pada bulan Juli 1972. Menurut sejumlah mantan karyawan Perusahaan Jawatan Kereta Api yang bertugas dijalur ini, kecelakaaan tersebut diakibatkan kelebihan beban saat mengangkut kayu untuk dikirm ke Jakarta. Selain alasan itu, jalur Bandung-Ciwidey ini dirasa kurang menguntungkan kendaraan bermotor sehingga pada tahun 1975 jalur ini resmi ditutup.
Setelah 35 tahun jalur ini dinonaktifkan, banyak perubahan yang terjadi disekitar jalur ini. Jalur ini menjadi saksi pertumbuhan jumlah penduduk di daerah sekitar Soreang-Ciwidey pada khusunya. Beberapa bagian rel telah berubah fungsi menjadi bagian pagar rumah penduduk, stasion beralih fungsi menjadi warnet dan jembatan serta rel kereta api digunakan sebagai jalur pejalan kaki.


Referensi :
- Bnadung Ciwidey Dalam Kenangan tanggal artikel 22 Januari 2010 [http://bataviase.co.id/detailberita-10550750.html]
- Stasiun Banjaran tanggal artikel 13 Agustus 2008 http://fauzan.persib.net/2008/08/13/stasiun-banjaran/