Saturday, August 28, 2010

Kisah Cinta Bintang pada Sang Bulan

25 Agustus 2010

Entah kenapa belakangan ini aku suka memperhatikan keadaan langit malam. Purnama bersinar teduh dibalik sekelebat awan putih. Sang Rembulan sendirian menemani dalam damainya malam. Bukankah biasanya Rembulan selalu ditemani oleh bintang. Kemanakah gerangan bintang? Bukankah BULAN dan BINTANG adalah sahabat sejati???

Ini adalah kisah tentang cina bintang pada Sang Bulan

Kisah Cinta Bintang pada Sang Bulan.

KENAPA bulan dan matahari tak dapat bertemu?Sedangkan BULAN dan BINTANG adalah sahabat sejati???

Suatu hari pernah Bulan mendengar sebuah bintang berbicara pada bulan “Aku tidak ingin lagi menemanimu mulai malam ini dan seterusnya” katanya.“Kenapa?” tanya bulan“Padahal aku menyukaimu, aku menyukai malam-malam dimana kau ada dan menemani ku hingga fajar menjelang” tetapi bintang itu hanya diam meredup dan bersembunyi di balik mega. Justeru karena bulan menyukainya maka bintang itu menghilang.Cinta memang aneh, bukankah ia seharusnya mempersatukan?Bintang itu mencintai bulan.Tetapi bulan tidak mencintainya, ia hanya ‘ menyukainya’.Siapakah yang membeda-beda kan cinta dengan suka?Kenapa bulan tidak membencinya saja, malah bulan menyukainya sehingga bintang tidak mempunyai alasan untuk tidak menemaninya malam nanti.

Bukankah bintang seperti api panas,berkobar dan memberikan sinar?Namun Bintang yang mencintai sang Bulan ini hanyalah sebuah bintang kecil yang berwarna merah. Karena itu ia tak pernah dapat mengumpulkan keberanian untuk berkata pada bulan“ Aku mencintaimu!”.Bulan sendiri tidak pernah menganggap bintang sebagai lebih dari sahabat yang selalu menemaninya setiap malam, dan sesungguhnya bintang mengetahuinya.

“Aku mencintai matahari” kata bulan”Ia dapat membuatku bersinar indah diwaktu malam.Ia membuatku selalu ditunggu oleh para pencinta malam. Ia membuatku selalu dinanti oleh para pujangga yang yang menulis berbait-bait puisi tentang cintahanya dengan melihat diriku di langit malam.

Bintang tak pernah habis berfikir kenapa bulan mencintai matahari, bulan bahkan hampir tak pernah bertemu dengan matahari dan ketika mereka bertemupun bulan akan kehilangan sinarnya.Kita menyebutnya gerhana matahari,Matahari tidak pernah memikirkan bulan, ia hanya bersinar dan memberikan sinarnya tanpa membeda-bedakan.Ia bahkan tidak mengetahui kalau sinarnya dimanfaatkan oleh bulan untuk bersinar dimalam hari. Ia hanya menganggap bulan sebagai benda yang kadang-kadang menghalanginya memberi sinar kepada bumi.

Atau Mungkinkah matahari mencintai bumi,??Misteri

Bintang merasa tidak mendapatkan keadilan. Kenapa bulan mencintai matahari yang bahkan tidak pernah memikirkan bulan, dan bukan mencintai bintang yang mencintai bulan dengan sepenuh hatinya? Bintang juga merasa tak berdaya karena walaupun ia ingin memberikan seluruh sinarnya kepada bulan agar selalu kilau kemilau, bintang tak dapat melakukannya karena jaraknya yang sangat jauh.

Matahari juga adalah bintang, bintang merah yang sama seperti dirinya, karena letak nyalah matahari dapat terlihat lebih terang daripada bintang.Tapi bintang adalah bukan matahari, karena itu bulan tidak mencintai bintang.

Cinta memang aneh. Karena itu sekali lagi bintang berkata, kali ini kepada semua teman- temannya“Aku tidak ingin lagi menemani bulan mulai malam ini” kemudian ia menghilang (tak hanya meredup danbersembunyi di balik mega) dan tak pernah lagi menemani bulan.

Ku beritahu sebuah rahasia, sekarang Bintang itu turun ke bumi sebagai Bintang jatuh memberi harapan bagi permintaan sepasang kekasih agar mereka berdua dapat hidup berbahagia hingga akhir hayatnya.

Walaupun dia tak mendapatkan cinta sang Bulan,ia dapat menjadi berarti bagi sepasang kekasih menjadikan kisah mereka indah.

ini kutipan dari :http://www.ciungtips.co.cc/2010/06/kisah-cinta-bintang-pada-sang-bulan.html

Monday, August 9, 2010

Kisah Perjalanan Ke Karst Citatah


Minggu,6 Juni 2010

Kali ini saya dan penggiat aleut bertandang ke pegunungan kapur daerah Padalarang yang dikenal dengan sebutan karts citatah. Perjalanan dimulai dari pangkalan Damri di depan situ Ciburuy.
1. Situ Ciburuy.
Pada awalnya, Situ Ciburuy merupakan dua buah sungai kecil yang ujungnya bertemu di Desa Ciburuy. Akhirnya, tahun 1918, lokasi pertemuan kedua sungai itu dibendung menjadi sebuah telaga dan airnya diatur untuk mengairi sawah-sawah desa. Lama kelamaan, bendungan ini airnya makin tinggi dan menggenangi wilayah seluas 14.76 ha. Tanah tertinggi di tengah-tengah danau tidak tergenang, yang membentuk sebuah pulau mungil. Mayarakat setempat lantas memberinya nama Situ Ciburuy yang diambil dari desa tempat pertemuan dua sunagi kecil tersebut.

Awal 1942, seorang Belanda bernama Tuan Bempi mengantongi hak memelihara ikan dari pemerintah Hindia Belanda di danau itu. Ikan-ikannya berkembang pesat. Untunglah Tuan Bempi tidak kikir. Ia bahkan dikenal sebagai dermawan yang sering membantu warga desa. Karena kesibukannya dibidang lain, pengelolaan sehari-harian danau ia percayakan kepada Romli, warga Desa Ciburuy.

Sayang, tahun itu Jepang masuk RI. Semua orang Belanda ditawan dan dibawa ke Jakarta, termasuk Tuan Bempi. Sejak itu, keberadaan Tuan Bempi tidak diketahui lagi.
Sepeninggal beliau, Romli-lah yang mengurus Situ Ciburuy. Karena tak ada pemiliknya lagi, ia lantas mempersilahkan kepada siapa saja untuk mengambil ikan di tempat itu.
Meski tak lagi ada yang memiliki, Romli tetap menjaga danau itu dengan setia. Suasana danau seakan menyatu dengan dirinya. Keadaan itu berlangsung hingga Romli naik haji dan meninggal dunia tahun 1994. Romli pun diberi gelar sebagai kuncen Situ Ciburuy. H Abdul Solihin (70), keponakan H Romli, menceritakan bahwa semasa hidupnya, H Romli sering didatangi Tuan Bempi dalam tidurnya.
Kondisi Situ Ciburuy semakin dangkal meski debit air tergantung curah hujan.Perjalananpun dilanjutkan setelah membeli perbekalan yang dibutuhkan. Jalan yang disusuri untuk mencapai gunung lawu melewati permukiman warga. Disalah satu rumah warga, dapat disaksikan lele dengan ukuran jumbo.
Setelah melswati pemukiman warga, saya dan para penggiat aleutpun melewati pabrik-pabrik yang bahan batunya berasal dari gamping (batu kapur).


situ ciburuy

Para lele jumbo hehehehe


2. Kawasan Kart Citatah
Istilah karst yang dikenal di Indonesia sebenarnya diadopsi dari bahasa Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah ‘krst / krast' yang merupakan nama suatu kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste . Karst merupakan topografi unik yang terbentuk akibat adanya aliran air pada bebatuan karbonat (biasanya berupa kapur, dolomit atau marmer). Proses pembentukan Karst melibatkan apa yang disebut sebagai "karbon dioksida ke bawah”. Hujan turun melalui atmosfer dengan membawa CO2 yang terlarut dalam tetesan. Ketika hujan sampai di tanah, ia terperkolasi melalui tanah dan menggunakan lebih banyak CO2 untuk membentuk larutan lemah dari asam karbonat: CO2 + H2O = H2CO3. Infiltrasi air secara natural membuat retakan dan lubang pada batuan. Dalam periode waktu yang lama, dengan suplai CO2 terus-menerus - yang kaya air, lapisan batuan karbonat mulai melarut.
Kawasan karst Citatah termasuk warisan tertua di Pulau Jawa. Terbentang sepanjang enam kilometer dari Tagog Apu hingga selatan Rajamandala, jajaran gunung batu ini terbentuk pada zaman Miosen, 20-30 juta tahun silam (KRCB, 2006). Kawasan Karst Citatah ini meliputi: Goa Pawon, Pasir Pawon, Pasir Masigit, Pasir bancana, Karangpanganten, Gunung Manik, Pasir Pabeasan dan Gunung Hawu. Didaerah karst Citatah juga ditemukan situs purbakala berupa alat-alat batu, gerabah, bongkah andesit sebagai alat tumbuk dan tulang-tulang binatang (gigi, kuku, rahang) di lingkungan Gua Pawon merupakan temuan arkeologi spektakular di Jawa Barat. Lokasi yang dikunjungi oleh penggiat aleut di kawasan karst citatah ini adalah
- Brigde stone (Gunung Hawu) harta alam yang terpendam dan terancam
Lengkungan yang secara keseluruhan merupakan lubang di dinding batu gamping tersebut memiliki ukuran lebarebih kurang 30 m, tinggi 70 m, menggantung di atas dinding setinggi 30 m dari jalan tambang di bawahnya.Lengkungan alami Gunung Hawu di Citatah terbentuk dari batu gamping dan prosesnya lebih mirip pembentukan Jembatan Alami Virginia Proses karstifikasi yang merupakan proses pelarutan senyawa karbonat sebagai bahan utama batu gamping adalah penyebab terbentuknya lengkungan alami Gunung Hawu. Sangat jelas sekali bahwa lubang yang terbentuk dikontrol oleh retakan yang memanjang hampir utara-selatan.Sebuah lubang vertikal yang sangat dalam diduga merupakan proses awal terbentuknya lengkugnan ini. Lubang vertikal ini adalah gejala khas di daerah karst batu gamping hasil dari runtuhan atap gua atau collapse sinkhole. Proses berikutnya diduga merupakan proses pelubangan secara karstifikasi ke arah samping searah kemiringan lapisan batu gamping yang sangat curam ke arah selat Jika di Utah lengkungan-lengkungan alaminya dilindungi sebagai monumen nasional, di Citatah fenomena alam yang di Indonesia sekalipun sangat langka ini berada sangat dekat sekali dengan wilayah penggalian batu gamping (kapur). Kira-kira 100 m dari fenomena langka ini, truk-truk tambang hilir mudik mengangkut bongkah-bongkah batu yang dibongkar dari lereng-lerengnya. Bahkan tepat di batas utara lengkungan alami ini terdapat sisa-sisa penggergajian batu gamping untuk pembuatan marmer. Sunguh mengenaskan nasibnya !


Brigde Stone padalarang... Yang tidak kalah dengan yang ada di Taman Nasional Yosemite

T 125

T125 maksudnya adalah tebing dengan ketinggian 125 m.

- Stone Garden dan Gunung Masigit
Pada Stone Garden terdapat gejala mikro-karst yang membentuk bongkah-bongkah menonjol dari permukaan tanah yang menjadikan puncak bukit. Hal ini juga terjadi diatas Goa Pawon. Proses pelarutan yang berjalan pada retakan-retakan batugamping menyembulkan sisa-sisa pelarutannya berupa bongkah batu gamping yang tersusun dengan tidak teratur dan tinggi yang berbeda-beda dan berelief kasar. Sekarang Stone Garden dimanfaatkan sebagai ladang oleh penduduk setempat. Selain itu di stone garden ini juga terdapat makam.(Untuk ini saya kurang tahu banyak). Dari stone Garden ini juga dapat dilihat gunung masigit yang telah tergerus hingga tinggal setengahnya oleh penambangan batu gamping. Kondisi yang sangat menyedihkan.

- Goa Pawon Tempat tinggalnya Ki Sunda

Pawon memiliki arti dapur menurut legenda orang Sunda (legenda Sangkuriang), gua ini dulunya adalah dapur Dayang Sumbi. Kenyataannya menurut para ahli tempat ini memang difungsikan sebagai dapur oleh manusia prasejarah dengan ditemukannya fosil sisa-sisa makanan dan biji buah-buahan. Gua Pawon sebenarnya merupakan gua yang tidak mempunyai lorong-lorong yang panjang dan gelap, tapi hanya terdiri dari banyak ruang (10 ruang besar) yang merupakan ceruk di dinding bukit.
Di bagian kiri atas gua ini, ada sebuah spot yang dinamakan Sumur Bandung. Sumur Bandung ini sebenarnya bukanlah sebuah sumur, lebih seperti sebuah kolam kecil yang cukup dalam yang tentu aja berisi air. Konon katanya biasanya orang-orang yang datang kesana itu percaya kalo air dari sumur itu sakti, ya bisa bawa tuah katanya. Menurut salah seorang yang ditemui disana, air sumur itu air sumur itu selalu terisi walaupun musim kemarau sekalipun.Sumur Bandung ini tempatnya cukup tinggi dan jalan kesana total harus memanjat dinding batu yang terjal dan licin. Sumur tersebut sebenarnya tidak terlalu besar. Airnya bening dan dingin(menurut prediksi saya karena berda didalam gua). Bagai yang percaya bahwa air di sana membawa tuah, bisa membasih muka, tangan atau kaki dengan air itu (katanya bisa awet muda).

Sumur Bandung

Ki Sunda (Orang yang pernah mendiami daratan sunda
Pada salah satu ruang pada goa pawon, terdapat replika kerangka manusia purba yang pernah menghuni daerah Bandung dan sekitarnya. Masyarakat setempat menyebutnya Ki Sunda tapi saya tak tahu kenapa demikian (?). Namun kondisi replika kerangka cukup menyedihkan karena sudah berlumut. Posisi dari kerangka ini dalam keadaaan menekuk. Dari yang saya ketahui, posisi itu adalah posisi yang sama dengan bayi saat berada didalam rahim ibu. Dan arah hadapnya menunjukkan sesuatu tempat yang dianggap keramat seperti gunung atau laut. (Menurut interpretasi saya, menghadap kearah gunung Sunda pada masa itu). Selain itu, biasanya terdapat bekal kubur (Kalau tidak salah sebagai bekal untuk melanjutkan kehidupan di akhirat ) seperti gerabah, perhiasan yang menyertai kerangka.


Perjalanan berlanjut ke jendela pengintaian. Jendela pengintaian ini pada masa itu berfungsi sebagai tempat mengintai buruan. Di dekat jendela pengintaian terdapat gua. Kata Sri, biasanya digunakan untuk bersemedi bagi penganut kepercayaan. Tapi menurut saya pada zaman itu, mungkin itu sebagai jalan keluar si manusia pawonnya untuk berburu.
Secara keseluruhan keadaan goa pawon sangat menyedihkan, terdapat banyak coretan cat pilox disana sini



sumber : http://ekorisanto.blogspot.com/ (menengok pesona situ ciburuy)
http://portal.sabhawana.com/
http://chezpiere53.wordpress.com/
http://www.bplhdjabar.go.id/
http://www.esdm.go.id/berita/umum/37-umum/2729-mengenal-museum-kars-7-manusia-pawon-di-kawasan-kars-rajamandala-bandung-bagian-barat.html

Tuesday, August 3, 2010

Soe Hok Gie

Oleh: Jay Yulian
******


Soe Hok Gie dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942, adik dari sosiolog Arief Budiman. Catatan harian Gie sejak 4 Maret 1957 sampai dengan 8 Desember 1969 dibukukan tahun 1983 oleh LP3ES ke dalam sebuah buku yang berjudul Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran setebal 494 halaman. Gie meninggal di Gunung Semeru sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 — 16 Desember 1969 akibat gas beracun.

Setelah lulus dari SMA Kanisius Gie melanjutkan kuliah ke Universitas Indonesia tahun 1961. Di masa kuliah inilah Gie menjadi aktivis kemahasiswaan. Banyak yang meyakini gerakan Gie berpengaruh besar terhadap tumbangnya Soekarno dan termasuk orang pertama yang mengritik tajam rejim Orde Baru.

Gie sangat kecewa dengan sikap teman-teman seangkatannya yang di era demonstrasi tahun 66 mengritik dan mengutuk para pejabat pemerintah kemudian selepas mereka lulus berpihak ke sana dan lupa dengan visi dan misi perjuangan angkatan 66. Gie memang bersikap oposisif dan sulit untuk diajak kompromi dengan oposisinya.

Selain itu juga Gie ikut mendirikan Mapala UI. Salah satu kegiatan pentingnya adalah naik gunung. Pada saat memimpin pendakian gunung Slamet 3.442m, ia mengutip Walt Whitman dalam catatan hariannya, “Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth”.

Soe Hok Gie di pilar triangulasi puncak Pangrango, 1967

Pemikiran dan sepak terjangnya tercatat dalam catatan hariannya. Pikiran-pikirannya tentang kemanusiaan, tentang hidup, cinta dan juga kematian. Tahun 1968 Gie sempat berkunjung ke Amerika dan Australia, dan piringan hitam favoritnya Joan Baez disita di bandara Sydney karena dianggap anti-war dan komunis. Tahun 1969 Gie lulus dan meneruskan menjadi dosen di almamaternya.

Bersama Mapala UI Gie berencana menaklukkan Gunung Semeru yang tingginya 3.676m. Sewaktu Mapala mencari pendanaan, banyak yang bertanya kenapa naik gunung dan Gie berkata kepada teman-temannya:

“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”

8 Desember sebelum Gie berangkat sempat menuliskan catatannya: “Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat.” Selanjutnya catatan selama ke Gunung Semeru lenyap bersamaan dengan meninggalnya Gie di puncak gunung tersebut.

24 Desember 1969 Gie dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo, namun dua hari kemudian dipindahkan ke Pekuburan Kober, Tanah Abang. Tahun 1975 Ali Sadikin membongkar Pekuburan Kober sehingga harus dipindahkan lagi, namun keluarganya menolak dan teman-temannya sempat ingat bahwa jika dia meninggal sebaiknya mayatnya dibakar dan abunya disebarkan di gunung. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya tulang belulang Gie dikremasi dan abunya disebar di puncak Gunung Pangrango.

Makam Soe Hok Gie di Tanah Abang

Beberapa quote yang diambil dari catatan hariannya Gie:

“Seorang filsuf Yunani pernah menulis … nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”

“Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil … orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur.”

“Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan…”

Selain Catatan Seorang Demonstran, buku lain yang ditulis Soe Hok Gie adalah Zaman Peralihan, Di Bawah Lentera Merah (yang ini saya belum punya) dan Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan serta riset ilmiah DR. John Maxwell Soe Hok Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani.

Tahun depan Mira Lesmana dan Riri Reza bersama Miles Production akan meluncurkan film berjudul “Gie” yang akan diperankan oleh Nicholas Saputra, Sita Nursanti, Wulan Guritno, Lukman Sardi dan Thomas Nawilis. Saat ini sudah memasuki tahap pasca produksi.


John Maxwell berkomentar, “Gie hanya seorang mahasiswa dengan latar belakang yang tidak terlalu hebat. Tapi dia punya kemauan melibatkan diri dalam pergerakan. Dia selalu ingin tahu apa yang terjadi dengan bangsanya. Walaupun meninggal dalam usia muda, dia meninggalkan banyak tulisan. Di antaranya berupa catatan harian dan artikel yang dipublikasikan di koran-koran nasional” ujarnya. “Saya diwawancarai Mira Lesmana (produser Gie) dan Riri Reza (sutradara). Dia datang setelah membaca buku saya. Saya berharap film itu akan sukses. Sebab, jika itu terjadi, orang akan lebih mengenal Soe Hok Gie” tuturnya.
Catatan Seorang Demonstran


sumber : Note Cerita Sunken Court dengan judul Soe Hok Gie